2:34 PG

Menanti kepulanganmu...


Kepulangan anak

Setiap ibubapa yang menghantar anak-anak mereka belajar jauh di perantauan,pastinya kerinduaan menanti kepulangan mereka di saat-saat bahagia khususnya hari raya.Kerinduan ingin menatap wajah-wajah mereka yang semakin matang,suara yang semakin lantang dan tubuh yang semakin gantang dalam menimba ilmu milik ilahi itu.Tidak pernah diharapkan kepulangan mereka dengan sejumlah besar cenderahati yang berbondong-bondong tapi cukup sekadar ilmu yang tersemat kemas di dada.Ilmu yang akan membimbing masyarakat kearah kemajuan dunia dan akhirat pastinya."Pulanglah wahai anakku" keluhan hati seorang ibu siapa yang tahu.walaupun tidak pernah diluahkan tapi rindu yang mencengkam pasti dapat diterjemahkan melalui air muka mereka yang sayu.

Kepulangan suami

Isteri solehah pastinya menanti suami yang tercinta pulangnya dari tempat kerja.Layanan yang mesra membuatkan suami hilang segala keletihan disaat mereka penat mengerah tulang empat kerat bagi menyara kehidupan.Penantian itu sungguh bermakna ditambah dengan kerinduaan yang membungkam jika suaminya dihantar keluar bekerja ke luar negara.sang isteri pasrah segalanya suami dihantar jauh beribu batu meninggalkannya kesepiaan bersama anak-anak."Jauh dimata dekat dihati" ungkapan yang sering kedengaran bagi insan-insan yang kerinduaan.Kepulangan suami tercinta pastinya menjadi episod penantiaan yang terindah dalam kehidupan mereka.


Kepulangan wira

"Wira untuk semua".tentera adalah wira,polis juga wira,bomba juga adalah wira dan semua orang yang berjasa pada negara adalah wira.Wira Negara gelaran yang tertinggi bagi seseorang yang berkhidmat-setia pada negara.Kepulangan mereka amat dinanti bagi menghargai jasa mereka mengharumkan nama negara serta mempertahankan negara dari serangan musuh.Penat lelah mereka tidak dapat dibayar dengan pingat.Malahan pangkat sekalipun hanya sekadar untuk menyenangkan hati mereka.Wira tetap wira.

Kepulangan hamba

Sebagai hamba seringkali kita melakukan kesilapan.Maka seharusnya kita memohon keampunan dariNYA.Kembalilah kepada tuhan yang Esa.Sesungguhnya Dia maha pengampun terhadap hamba-hambaNya.Hanya taubat nasuha diterima bagi mereka yang tidak lagi ingin mengulangi kesilapan lalu,menyesali segala perbuatan dahulu akibat ikutkan hawa nafsu.Ketahuilah bahawa pintu taubat sentiasa dibuka untuk hamba-hamba yang ingin pulang kepadaNya selagimana nyawa belum sampai dikerongkong.Kepulangan hamba itu sentiasa dinantikan tuhan.Sesungguhnya Allah maha pengasih dan penyanyang.

Kepulangan jasad

"Kubur kata mari, rumah kata pergi" setiapkali mendengar ungkapan ini bergetar seluruh tubuh ketakutan.Jasad manusia itu berasal tanah dan seharusnya kembali kepada tanah semula.Jika kita sentiasa memikirkan asal-usul kejadian kita yang berasal dari air mani yang kotor,akan tiada lahir sifat sombong dan cinta dunia.Sentiasalah kita menginsafi dan bermuhasabah diri terhadap amalan yang akan dipertontonkan dihadapan Allah.Apakah sudah sempurna atau sekadar cukup?!.Ingatlah wahai manusia semua akan kembali kepada Allah.Ingatlah wahai manusia hidup matimu ditangan Allah.

p/s : aku ingin pulang....sbg anak, suami, wira, hamba dan jasad yang baik. (^-^)

6:22 PG

Camar Kelukaan...

Di suatu ketika
Pernah kau hinggap ke sisiku
Sayapmu terluka
Kau pinta ku merawatinya

Dengan segala keterbatasan
Aku mencari segala penawarnya
Kau bagai dilahirakn kembali ke dunia nyata
Kau terbang semula

Kemuncak yang ingin kau tawan
Itulah jua yang ku impikan
Kau bawa ku pergi bersama menongkah arus
Terbang ke langit menggapai awan

Demi kejayaan
Ada harga perlu dibayar
Ku menjadi perisaimu
Bila panah menghujani kita

Apabila engkau merasa tercabar
Kau anggap aku menjadi sainganmu
Tidakkah engkau menyedari persamaan kita
Hanya camar maya

Biarkan aku terbang melayang bersendirian
Tinggalkan aku mencari arah jalan ku pulang

Kemuncak yang ingin kau tawan
Itulah jua yang ku impikan
Kau bawa (kau bawa daku pergi)ku
Pergi bersama menongkah arus
Terbang ke langit menggapai awan

Semua ini satu ketentuan...

5:48 PG

7 Petanda Kebahagiaan Dunia



Dari Ibnu Abbas ra, ada 7 petanda kebahagiaan dunia, iaitu :

1. Qalbun syakirun atau hati yang selalu bersyukur
2. Al azwaju shalihah, iaitu pasangan hidup yang soleh
3. Al auladul abrar, iaitu anak yang soleh
4. Albiatu sholihah, iaitu lingkungan yang kondusif untuk iman kita
5. Al malul halal, atau harta yang halal
6. Tafaquh fi dien, atau semangat untuk memahami agama
7. Umur yang barakah - ertinya umur yang semakin tua semakin soleh, yang setiap detiknya diisi dengan amal ibadah.

5:24 PG

Menuju Hati yang bersih..

Bismilah & Salam..
Alhamdulilah..syukur kehadratNya kerana diberi kesempatan untuk menulis lagi.Seperti minggu lepas telah saya bawakan tajuk " Kemanisan Iman",kali ini suka saya untuk membincangkan bagaimana menuju hati yang bersih.Kerana apabila hati telah bersih baru terasa manisnya iman.Ulama'-ulama' telah mengariskan beberapa perkara untuk mencapai kebersihan hati antaranya amalan ibadah.Imam Ibnu Al Qayyim mengklasifikasikan ibadah dalam 3 (tiga) bahagian, yaitu :

1. Amalan Hati, seperti : Tawakkal kepada Allah SWT., mahabatullah, tawadhu`, khusyû`, niat ikhlash, raja` dan lain sebagainya.

2. Amalan Lisan, seperti : Mengucapkan dua kalimat syahadatain, tasbîh, istighfar, bersumpah atas nama Allah SWT. , berdo`a dan lain sebagainya.

3. Amalan Anggota Badan, seperti : Shalat, puasa, jihad, menuntut ilmu, berdagang, berladang, dan lain sebagainya.

1. Amalan hati merupakan penentu sah atau tidaknya suatu amalan

Sesungguhnya amalan lahiriyah yang dilakukan oleh lisan dan anggota tubuh lainnya tidak akan diterima oleh Allah SWT., selama tidak disertai dengan amalan hati (niat) yang merupakan dasar bagi diterimanya suatu amal lahiriah. Sabda Rasûlullah SAW:

"Sesungguhnya seluruh amalan harus disertai dengan niat." (Muttafaqun `Alaihi dari Umar bin al-Khaththab ra.)

Karena itu suatu amal atau pekerjaan atau aktifitas (apapun bentuknya) sangat bergantung dan terkait dengan niatnya. Suatu amal tanpa disertai dengan suatu niat yang benar, seperti halnya badan tanpa ruh atau seperti pohon tanpa buah, tidak berfungsi, dan tidak menguntungkan sedikitpun.

Hatilah yang dinilai oleh Allah SWT, karena bila bersih niatnya, maka Allah SWT. akan menerima amalannya dan apabila kotor hatinya (niatnya tidak benar atau berbau syirik atau tidak ikhlash), maka dengan sendirinya amal tersebut akan ditolak, sabda Rasûlullah SAW:

"Sesungguhnya Allah SWT tidak melihat kepada bentuk tubuh dan rupamu, tetapi Dia melihat kepada hatimu sambil Beliau mengarahkan jari-jariNya ke dadanya" (H.R. Muslim dari Abû Hurairah ra ).

2. Hati merupakan cerminan hakikat pemiliknya

Dalam shahîh Bukhari dan Muslim disebutkan bahwa Nabî SAW bersabda:

"Ketahuilah sesungguhnya di dalam tubuh manusia ada segumpal darah, apabila dia baik maka baiklah seluruh tubuhnya, dan apabila dia rusak, maka rusaklah seluruh tubuhnya. Ketahuilah bahwa segumpal darah itu ialah hati." (Muttafaqun `Alaihi, dari Nu`man bin Basyîr).

Untuk lebih memperjelas pemahaman hadîts di atas marilah kita mengingat kembali firman Allah SWT yang termuat dalam surat Asy-Syams, ayat 8 - 10 :

"Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaan, (QS. 91:8) sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, (QS. 91:9) dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (QS. 91:10)."

Dalam hati manusia terdapat dua jenis "bibit penentu", yang satu kita sebut saja sebagai "bibit kebaikan" yang merangsang dan mendorong manusia untuk melakukan amal kebaikan atau perbuatan yang mendekatkan dirinya kepada Allah SWT., sedang yang lainnya kita sebut dengan "bibit kejahatan" yang merangsang manusia untuk melakukan melakukan perbuatan fahsya (keji) atau kemungkaran kepada Allah SWT.

Al-Fujûr merupakan "benih kejahatan" yang dengan istilah lainnya dikenal sebagai nafsu syahwat syaithaniyah yang senantiasa membisiki dan menghembusi manusia untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan tercela lagi berdosa yang akan mengantarkannya ke jalan kefasikan dan berhilir di neraka. Sedang at-Taqwa merupakan "benih kebaikan" yang senantiasa memotifasi dan memobilisasi manusia untuk melakukan amal kebajikan dan pekerjaan yang mendekatkan dirinya kepada Allah SWT.

Dari sini kita dapat mengetahui bahwa pada hati manusia terdapat 2 (dua) kekuatan yaitu kekuatan "Fujur" dan "Taqwa" (sebagaimana yang dipaparkan dalam surat Asy-Syams di atas) yang selalu bertempur untuk saling mengalahkan satu dengan yang lainnya sehingga salah satu dari keduanya menjadi pemenang atau lebih mempunyai pengaruh dalam menentukan perilaku kehidupan "tuannya". Apabila setiap rangsangan "benih kebaikan (At-Taqwa)" ini yang timbul dalam diri manusia selalu direspon dalam bentuk amal shalih secara benar dan kontinue (berkesinambungan) maka dengan sendirinya "benih kebaikan" akan semakin berkembang dan akan mendominasi atau mengusai hati "tuannya". Sehingga ide, pola fikir, keperibadian dan seluruh anggota tubuhnya akan menjadi baik karena mengikuti instruksi-instruksi yang datang dari hati yang dipenuhi dengan "benih kebaikan". Maka jadilah "tuannya" ini termasuk orang-orang beruntung yang mampu membersihkan jiwanya dari nafsu syahwat syaithaniyah karena ia hanya mau merespon bisikan dan panggilan kebaikan (taqwa) saja. Sebagaimana firman Allah SWT:

"Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, (QS. 91:9)

Dan sebaliknya bagi manusia yang lebih sering merespon tuntutan nafsu syahwat syaithaniyahnya maka tindakan tercela lagi berdosa itu dengan otomatis memberikan kontribusi dan mempercepat pertumbuhan serta peluasan "benih-benih kejahatan (fujûr)" sehingga benih ini akan mendominasi hatinya. Dari Abû Hurairah ra bahwa Rasûlullah SAW bersabda:

"Sesungguhnya orang mukmin, ketika ia berbuat dosa maka (saat itu juga) akan menempel titik hitam di hatinya, jika ia bertaubat dan mencabut (dirinya dari perbuatan dosa tersebut) dan memohon ampunan maka hatinya (kembali) bersih, jika ia menambahinya (dengan perbuatan dosa lagi) maka titik hitam itu bertambah pula di dalam hatinya. Selanjutnya itulah "ran" yang disebutkan dalam firman Allah SWT:

"(Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka)."

Hadits hasan, dikeluarkan oleh Ibnu Majah dalam "Kitab Az-Zuhd, bab Dzikru Adz-Dzunûb.

Pada saat hati manusia dikuasai oleh "benih-benih kejahatan (fujûr)" maka ide, pola fikir, keperibadian dan seluruh anggota tubuhnya akan menjadi buruk karena mengikuti instruksi-instruksi yang datang dari hati yang dipenuhi dengan "benih kejahatan", sehingga jadilah ia termasuk orang-orang yang merugi karena ia telah mengotori dan mencemari jiwanya dengan selalu menuruti nafsu syahwat syaitani, sebagaimana firman Allah SWT:

"Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (QS. 91:10)."

Waallahualam..banyakan berzikir hati akan jadi bersih..insyALLAH.

1:16 PG

Mencari Kemanisan Iman dalam beramal

“Halwatul Iman” (kemanisan iman) adalah suatu kemuncak yang ditekankan dalam pendidikan dan amalan tassauf yang merupakan diantara cabang sendi agama dan amalan sufi. Sebagai seorang Islam kita dituntut melakukan suruhan agama, dan kita merasa untuk melaksanakan ibadat lahiriah teramat susah. Oleh itu apabila dituntut melaksanakan ibadat bathiniah tentulah terasa lebih sukar lagi.

Sabda Rasulullah SAW.: "Tiga perkara yang barangsiapa terdapat (ketiga-tiga perkara itu) padanya nescaya dia memperolehi kemanisan iman (iaitu) Allah dan Rasul-Nya adalah lebih dia cintai daripada selainnya (Allah dan Rasul), dan dia mencintai seseorang semata-mata kerana Allah, dan dia benci untuk kembali kepada kekufuran (maksiat) sebagaimana dia benci dilemparkan ke dalam api".

(Hadis Sahih Riwayat Bukhari dan Muslim dan lain-lain)

Jika orang yang kemas ibadatnya dan kukuh syariat nya pun belum tentu dapat melaksanakan amalan (syariat bathiniah) dengan beristiqamah yang bersungguh-sungguh pada Allah swt. Apatah lagi orang yang syariat lahirriahnya sentiasa terabai. Orang-orang seperti ini akan terasa lebih-lebih lagi susahnya untuk mendapat amalan bathiniah.

Syariat itu ibarat sebatang pohon, maka amalan batin itulah menjadi buahnya. Orang yang sudah ada pohon masih belum tentu mendapat buahnya jika pokok tidak berbuah. Jadinya kalau orang yang tidak langsung bertanam pohon sudah pastinya lebih sukar memperolehi buah. Maka kiasan di atas dapat dikaitkan dengan orang yang tidak memiliki amalan syariat maka susahlah untuknya merasakan kemanisan dan keindahan iman itu.

Para ulama' dan guru-guru mursyid telah menggariskan beberapa perkara yang diantaranya susah untuk mendapat halwatul iman itu ialah:

Ketika kita bersembahyang lahirnya yang kita lihat adalah qiam, rukuk dan sujud. Mulutnya terkumat-kamit membaca bacaan sembahyang, tetapi di kala itu di manakah hati dan fikiran kita berada? Adakah kedua-duanya sedang mengadap Allah swt dengan penuh rasa khusyuk dan tawaduk, rasa rendah dan hina diri dengan penuh pengabdian dan harapan serta malu dan takut kepada Allah swt? Atau sebaliknya hati dan fikiran kita sedang terbang menerawang jauh entah ke mana dengan membelakangi Allah swt yang di kala itu sedang kita sembah.

Pernahkah selalu atau sesekali kita merasa indah, damai dan nikmat apabila dapat bersendirian di tempat sunyi kerana mengingati Allah swt dan menumpukan perhatian sepenuhnya kepadaNya? Di saat itu kita merasa teramat rendah d
an hina diri, menyesali segala dosa-dosa dan kelalaian dahulu, kemudian kita mengingatiNya sambil berazam untuk menambahkan amal bakti kepadaNya.

Kalau ada orang Islam yang sakit atau menderita samada kita kenalnya atau pun tidak maka adakah hati

kita merasa kasih untuk membantu serta mendoakan dari jauh atau dekat akan keselamatan, kesejahteraannya dan sanggup menghulurkan bantuan.

Pernahkah kita menghitung harta kita, rumah, kereta, pakaian, wang simpanan dan lain-lain? Ini mungkin selalu. Tetapi pernahkah kita menghitung semua harta kita itu dengan mengkaji halal haramnya, menghitung lebihan harta itu yang melebihi keperluan hidup kita yang mana semua itu akan dihisab, ditanya oleh Allah swt. Kalau baik cara kita membuat kebajikan akan dimuliakan olehNya sebaliknya jika kita bakhil kedekut dan berkira, akan dihina, dicerca dan diazab oleh Allah swt di akhirat akibat membesarkan dunia dan memper
kecilkan akhirat.

Pernahkah kita menghitung dosa-dosa lahir dan dosa-dosa batin sambil menangis kerana menyesal? Dan dalam masa yang sama terlalu sedikit kita beristighfar (bertaubat) dibandingkan dengan dosa-dosa kita yang amat banyak. Jika kita pernah maka adakah kita melakukannya secara istiqamah setiap bulan, minggu atau setiap hari?

Sentiasakah hati kita mengingati pada MATI yang pasti datang bila-bila masa saja? Dan pernahkah kita bersyukur kerana masih hidup serta diberi masa dan peluang untuk bertaubat dan mencari jalan untuk mentaati kepadaNya.

Pernahkah kita menyesali tentang orang-orang yang dulunya kita kasari, umpatkan dia, tipu, fitnah dan aniaya tidak kira siapa baik ibubapa, suami, isteri, anak-anak, adik, abang, kakak, tetangga, kawan, orang lain di jalan, pasar dan tempat kerja supaya kita memohon maaf kepada mereka di dunia sebelum dipanjangkan ke akhirat.

Ketika mendapat sesuatu yang tidak kita ingini atau usaha dan harapan yang tidak kesampaian pernahkah kita ridha dengan Allah swt bahawa itu adalah selayaknya pemberian untuk kita yang serba hina dan daif ini sehingga kita menginsafi semua kekurangan diri sendiri.

Kalau ada orang mencerca, mengumpat dan menfitnah bolehkah kita tenang, sabar tanpa sakit hati atau berperasa-an dendam bahkan kita sanggup memaafkan orang itu serta mendoakan kesejahteraannya.

Begitu juga kalau orang menipu, menganiayai dan mencuri harta kita apakah boleh kita relakan saja atas dasar kita akan mendapat kelebihan dan ganjaran daripadaNya.

Untuk mendapat jawapan positif bagi persoalan-persoalan di atas memanglah amat sukar kerana sememang nya payah dan teramat rumit untuk melaksana kan amalan-amalan batiniah sehingga banyak orang yang tidak ambil perdulikannya. Tetapi bagi insan yang endah dan sadar di situlah minatnya yang tertuju, bercita-cita dan berusaha untuk membersihkan diri dan jiwa “mujahadatun nafs”.

Ulamak-ulamak berkata, “Perjuangan itu terbahagi 10 bahagian. Satu bahagian untuk melawan musuh-musuh nyata (orang kafir, munafik, yahudi dan nasrani) dan ianya di waktu-waktu yang tertentu sahaja (tidak sepanjang masa). Dan 9 bahagian ialah untuk melawan musuh-musuh dalaman batin (riak, ujub, pamarah, sayangkan harta, tamak dan lain-lain) dan ianya dilakukan berterusan (sepanjang masa).”

10:18 PG

Anda seorang yang cemburu??..

KATA orang, cemburu itu tandanya sayang. Namun, sedar atau tidak, perasaan cemburu itu ada kalanya boleh menjadi musuh yang membawa kepada kehancuran sesebuah rumah tangga.

Dari sudut psikologi, cemburu adalah perasaan sakit hati, marah, tidak percaya, dan kurang yakin seseorang terhadap pasangan yang dicintai. Selalunya, perasaan ini timbul lantaran sikap suami atau isteri yang gemar membayangkan pasangannya mempunyai hubungan istimewa dengan seseorang di luar pengetahuannya.

Pensyarah Jabatan Psikologi Pendidikan dan Kaunseling, Fakulti Pendidikan, Universiti Malaya, Prof Suradi Salim, berkata masalah cemburu di kalangan suami isteri sebenarnya berkait rapat dengan tindakan seseorang dari sudut dalaman dan luaran.

Penilaian dari kedua-dua sudut itu akan menentukan sama ada seseorang yang berperasaan cemburu itu mengalami masalah psikologi atau tidak.

“Jika masalah itu berpunca daripada aspek dalaman, psikologi seseorang itu mungkin terganggu dan sering kali menimbulkan perasaan bimbang, resah, gelisah dan syak wasangka terhadap pasangan. Sebaliknya, jika pasangan mempamerkan tindakan negatif antaranya mengecam dan memberontak, mereka dikatakan menunjukkan sifat cemburu itu dari aspek luaran.

“Dari situ kita boleh nilai sama ada cemburu yang ada itu mendatangkan masalah atau tidak. Faktor yang menjadi penyumbang kepada masalah ini tidak banyak kaitannya dengan keegoan suami. Sebaliknya, kurangnya keyakinan, dan kepercayaan kepada pasangan menyumbang kepada masalah ini. Ini lebih berkaitan dengan psikologi seorang itu,” katanya.

Beliau berkata, kurang persefahaman dan interaksi kedua-dua belah pihak membuatkan masalah itu semakin meruncing. Kesan positif dan negatif boleh timbul daripada sifat cemburu ini.

Positif jika perasaan berkenaan dapat menghalang seseorang itu daripada berlaku curang terhadap pasangannya. Namun, kesan negatif daripada sifat itu tidak boleh dipandang enteng.

Perasaan cemburu yang tidak terkawal sering kali membawa kepada perlakuan di luar batas kemanusiaan antaranya bertindak memukul, mendera dan membunuh isteri jika hilang pertimbangan.

Dalam hubungan ini, Prof Suradi berkata, apabila seseorang itu sudah berkahwin perlu menanamkan sifat kesetiaan kepada pasangannya. Keyakinan, perhatian dan kasih sayang yang dicurahkan serba sedikit mengurangkan perasaan cemburu suami.

Tingkah laku sebagai isteri atau suami dan batas pergaulan dengan bukan mahram perlu dijaga dan diawasi setiap masa.

“Ikatan perkahwinan perlu ada sikap saling mempercayai antara satu sama lain. Oleh itu, sebelum seseorang berkahwin, terlebih dulu kita digalakkan mengenali pasangan yang bakal dikahwini. Ini serba sedikit membantu wanita supaya tidak mengalami pelbagai masalah selepas berkahwin kelak.

“Jika bakal suami anda menunjukkan sikap cemburu keterlaluan, elok wanita itu berfikir panjang jika ingin membina hubungan yang lebih serius kerana bimbang banyak perkara buruk boleh berlaku selepas mereka berkahwin.

“Suami juga tidak boleh ambil sikap lepas tangan dan hanya menyalahkan wanita semata-mata. Mereka seharusnya bertindak menyiasat dulu perkara yang menjadi punca kepada perasaan cemburu itu.

“Sewajarnya, suami tidak boleh bertindak melulu tanpa sebarang bukti kerana ini akan memberi kesan buruk dalam jangka masa panjang terhadap hubungan perkahwinan,” katanya.

Beliau berkata, dari aspek psikologi psikologi seseorang yang bersikap sebegitu biasanya kurang yakin kepada diri sendiri dan sering kali berprasangka buruk serta was-was kepada pasangannya.

Selain itu, seseorang yang mempunyai pengalaman masa lampau yang buruk akan sentiasa menganggap pasangannya tidak boleh dipercayai. Faktor keistimewaan yang dimiliki isteri antaranya berpendidikan tinggi dan mempunyai daya tarikan fizikal menarik juga menjadi punca kepada masalah ini.

“Dalam Islam, suami perlu ada sifat cemburu dan sentiasa was-was kepada isteri. Begitu juga isteri. Namun, ia perlu berada pada keadaan terkawal dan tidak memudaratkan diri sendiri serta hubungan suami isteri.

“Kedua-dua pihak harus menjaga hubungan dengan sebaiknya untuk mengelak masalah cemburu ini,” katanya.

Panduan elak pasangan cemburu

1. Memberi sepenuh kasih sayang dan perhatian supaya suami tidak syak wasangka.

2. Mewujudkan komunikasi dua hala yang berkesan antara kedua belah pihak.

3. Jika hubungan jarak jauh, sering kali berhubung menggunakan telefon, sistem pesanan ringkas (sms), atau e-mel untuk mengeratkan kasih sayang

4. Bercerita apa saja yang berlaku sama ada di tempat kerja atau dengan rakan.

5. Elak melakukan perkara yang membawa kepada cemburu pasangan.

6. Kenalkan rakan pejabat dan kenalan rapat anda kepada pasangan.